pelajaran hidup, saya lupa dapat kata
kata ini dari mana yang pasti kata kata ini bukan milik saya, begini “kamu
tidak akan pernah tahu cara menjadi istri atau suami yang baik sampai kau
menikah” artinya learning by doing dan kamu tidak akan pernah tau how mom’s
work sampai kamu berada dirumah selama 7 hari kali 24 jam dikali sembilan puluh
hari.
Berada dirumah dan menjadi nanny
membuat saya paham mengapa Alloh meminta bayaran yang sangat mahal untuk jasa
seorang ibu dan mengapa tiket kesurga hanya dapat dibeli darinya.
Saya jadi memikirkan kembali karir
saya dimasa depan. InsyaAllah, mulai hari ini saya ingin berkarir sebagai ibu
rumah tangga dan menjadi madrasah bagi anak-anak saya, saya ingin anak-anak
saya kelak dapat memahami alasan mengapa ia harus mengutamakan ibunya ibunya
ibunya baru bapaknya.
Saya tahu berkarir sebagai ibu rumah
tangga bukanlah hal yang mudah, karenanya sebelum saya bekerja dalam waktu
dekat InsyaAllah, saya harus gunakan kesempatan ini sebaik mungkin untuk mempeljari
banyak hal sehingga jika saat itu tiba, saat dimana saya menikah dan memiliki
anak, pada saat itu saya telah siap melepaskan seluruh mimpi dan waktu saya
untuk mejadi seorang ibu, keren ya? karena saya pikir wanita bekerja saat ini
bukan semata mata karena ingin membantu perekonomian keluarga, barang kali
masih ada ego. buktinya banyak yang suaminya sudah cukup dalam hal materi tapi
masih bekerja dengan alasan harga susu yang mahal maka alih alih memberi susu
terbaik dia malah lupa bahwa susu terbaik yang Allah berikan ada pada dirinya,
GERATIS!. sebagian lagi beralasan harga pendidikan yang mahal (tepat sekali),
tetapi pendidikan terbaik bukan memulu tk dan SD dengan harga selangit, ingat
bahwa sekolah hanya memberian pendidikan akademis bukan moral, pendidikan moral
ada dirumah.
satu lagi ini yang paling membuat saya merasa
miris, dengan berbagai lasan yang mengharuskan ibu bekerja sang anak terpaksa
dititipkan, entah itu ke nenek atau pengasuh (lho, jadi itu neneknaya atau
pengasuhnya??) bekerja mencari uang tentu untuk kebahagiaan anak, tapi apakah
anak benar benar bahagia? Jika kasih sayangpun didapat dengan cara membeli? Seharian
bekerja sambil bercanda dengan teman sekantor sementara anak bercanda dengan
ibu pengganti, bukankah akan lebih bijak jika kita sendiri yang menemaninya? mendengar
suaranya secara langsung, menyentuhnya, melihat setiap detik perkembangannya,
melihat setiap inci pertumbuhannya dan mengajarinya banyak hal bukankan itu
yang sebenarnya kita inginkan?
Salut ! standing applause buat para ibu yang keluar dari tempat bekera begitu anaknya lahir.
pelajaran hidup, saya lupa dapat kata
kata ini dari mana yang pasti kata kata ini bukan milik saya, begini “kamu
tidak akan pernah tahu cara menjadi istri atau suami yang baik sampai kau
menikah” artinya learning by doing dan kamu tidak akan pernah tau how mom’s
work sampai kamu berada dirumah selama 7 hari kali 24 jam dikali sembilan puluh
hari.
Berada dirumah dan menjadi nanny
membuat saya paham mengapa Alloh meminta bayaran yang sangat mahal untuk jasa
seorang ibu dan mengapa tiket kesurga hanya dapat dibeli darinya.
Saya jadi memikirkan kembali karir
saya dimasa depan. InsyaAllah, mulai hari ini saya ingin berkarir sebagai ibu
rumah tangga dan menjadi madrasah bagi anak-anak saya, saya ingin anak-anak
saya kelak dapat memahami alasan mengapa ia harus mengutamakan ibunya ibunya
ibunya baru bapaknya.
Saya tahu berkarir sebagai ibu rumah
tangga bukanlah hal yang mudah, karenanya sebelum saya bekerja dalam waktu
dekat InsyaAllah, saya harus gunakan kesempatan ini sebaik mungkin untuk mempeljari
banyak hal sehingga jika saat itu tiba, saat dimana saya menikah dan memiliki
anak, pada saat itu saya telah siap melepaskan seluruh mimpi dan waktu saya
untuk mejadi seorang ibu, keren ya? karena saya pikir wanita bekerja saat ini
bukan semata mata karena ingin membantu perekonomian keluarga, barang kali
masih ada ego. buktinya banyak yang suaminya sudah cukup dalam hal materi tapi
masih bekerja dengan alasan harga susu yang mahal maka alih alih memberi susu
terbaik dia malah lupa bahwa susu terbaik yang Allah berikan ada pada dirinya,
GERATIS!. sebagian lagi beralasan harga pendidikan yang mahal (tepat sekali),
tetapi pendidikan terbaik bukan memulu tk dan SD dengan harga selangit, ingat
bahwa sekolah hanya memberian pendidikan akademis bukan moral, pendidikan moral
ada dirumah.
satu lagi ini yang paling membuat saya merasa
miris, dengan berbagai lasan yang mengharuskan ibu bekerja sang anak terpaksa
dititipkan, entah itu ke nenek atau pengasuh (lho, jadi itu neneknaya atau
pengasuhnya??) bekerja mencari uang tentu untuk kebahagiaan anak, tapi apakah
anak benar benar bahagia? Jika kasih sayangpun didapat dengan cara membeli? Seharian
bekerja sambil bercanda dengan teman sekantor sementara anak bercanda dengan
ibu pengganti, bukankah akan lebih bijak jika kita sendiri yang menemaninya? mendengar
suaranya secara langsung, menyentuhnya, melihat setiap detik perkembangannya,
melihat setiap inci pertumbuhannya dan mengajarinya banyak hal bukankan itu
yang sebenarnya kita inginkan?
Salut ! standing applause buat para ibu yang keluar dari tempat bekera begitu anaknya lahir.