Sabtu, 29 Oktober 2011

SOE HOK GIE

saya menulis postingan ini sambil dengerin lagunya okta feat eross yang sountracknya GIE, lagu favorit saya,,
jujur saya mengnal sosok GIE adalah ketika saya nonton filmya mba mira lesmana dan mas riri reza beberapa tahun yang lalu. dan inilah soe hok gie, sosok yang menginspirasi saya sejak saat itu hingga sekarang.

soe hok gie

maaf maksud saya ini

Soe Hok Gie dilahirkan pada tanggal 17 Desember 1942, adik dari sosiolog Arief Budiman. Catatan harian Gie sejak 4 Maret 1957 sampai dengan 8 Desember 1969 dibukukan tahun 1983 oleh LP3ES ke dalam sebuah buku yang berjudul Soe Hok Gie: Catatan Seorang Demonstran setebal 494 halaman. Gie meninggal di Gunung Semeru sehari sebelum ulang tahunnya yang ke-27 — 16 Desember 1969 akibat gas beracun.

Setelah lulus dari SMA Kanisius Gie melanjutkan kuliah keUniversitas Indonesia tahun 1961. Di masa kuliah inilah Gie menjadi aktivis kemahasiswaan. Banyak yang meyakini gerakan Gie berpengaruh besar terhadap tumbangnya Soekarno dan termasuk orang pertama yang mengritik tajam rejim Orde Baru.

Gie sangat kecewa dengan sikap teman-teman seangkatannya yang di era demonstrasi tahun 66 mengritik dan mengutuk para pejabat pemerintah kemudian selepas mereka lulus berpihak ke sana dan lupa dengan visi dan misi perjuangan angkatan 66. Gie memang bersikap oposisif dan sulit untuk diajak kompromi dengan oposisinya.

Selain itu juga Gie ikut mendirikan Mapala UI. Salah satu kegiatan pentingnya adalah naik gunung. Pada saat memimpin pendakian gunung Slamet 3.442m, ia mengutip Walt Whitman dalam catatan hariannya, “Now I see the secret of the making of the best person. It is to grow in the open air and to eat and sleep with the earth”.

Pemikiran dan sepak terjangnya tercatat dalam catatan hariannya. Pikiran-pikirannya tentang kemanusiaan, tentang hidup, cinta dan juga kematian. Tahun 1968 Gie sempat berkunjung ke Amerika dan Australia, dan piringan hitam favoritnya Joan Baez disita di bandara Sydney karena dianggap anti-war dan komunis. Tahun 1969 Gie lulus dan meneruskan menjadi dosen di almamaternya.

soe hok gie duduk diatas pilar triangulasi, puncak pangrango 1967

Bersama Mapala UI Gie berencana menaklukkan Gunung Semeru yang tingginya 3.676m. Sewaktu Mapala mencari pendanaan, banyak yang bertanya kenapa naik gunung dan Gie berkata kepada teman- temanya:
“Kami jelaskan apa sebenarnya tujuan kami. Kami katakan bahwa kami adalah manusia-manusia yang tidak percaya pada slogan. Patriotisme tidak mungkin tumbuh dari hipokrisi dan slogan-slogan. Seseorang hanya dapat mencintai sesuatu secara sehat kalau ia mengenal objeknya. Dan mencintai tanah air Indonesia dapat ditumbuhkan dengan mengenal Indonesia bersama rakyatnya dari dekat. Pertumbuhan jiwa yang sehat dari pemuda harus berarti pula pertumbuhan fisik yang sehat. Karena itulah kami naik gunung.”
8 Desember sebelum Gie berangkat sempat menuliskan catatannya: 
 “Saya tak tahu apa yang terjadi dengan diri saya. Setelah saya mendengar kematian Kian Fong dari Arief hari Minggu yang lalu. Saya juga punya perasaan untuk selalu ingat pada kematian. Saya ingin mengobrol-ngobrol pamit sebelum ke semeru. Dengan Maria, Rina dan juga ingin membuat acara yang intim dengan Sunarti. Saya kira ini adalah pengaruh atas kematian Kian Fong yang begitu aneh dan begitu cepat.”
Selanjutnya catatan selama ke Gunung Semeru lenyap bersamaan dengan meninggalnya Gie di puncak gunung tersebut.

24 Desember 1969 Gie dimakamkan di pemakaman Menteng Pulo, namun dua hari kemudian dipindahkan ke Pekuburan Kober, Tanah Abang. Tahun 1975 Ali Sadikin membongkar Pekuburan Kober sehingga harus dipindahkan lagi, namun keluarganya menolak dan teman-temannya sempat ingat bahwa jika dia meninggal sebaiknya mayatnya dibakar dan abunya disebarkan di gunung. Dengan pertimbangan tersebut akhirnya tulang belulang Gie dikremasi dan abunya disebar di puncak Gunung Pangrango.

makam soe hok gie ( tanah abang I )

Beberapa quote yang diambil dari catatan hariannya Gie:
“Seorang filsuf Yunani pernah menulis … nasib terbaik adalah tidak dilahirkan, yang kedua dilahirkan tapi mati muda, dan yang tersial adalah umur tua. Rasa-rasanya memang begitu. Bahagialah mereka yang mati muda.”
“Kehidupan sekarang benar-benar membosankan saya. Saya merasa seperti monyet tua yang dikurung di kebun binatang dan tidak punya kerja lagi. Saya ingin merasakan kehidupan kasar dan keras … diusap oleh angin dingin seperti pisau, atau berjalan memotong hutan dan mandi di sungai kecil … orang-orang seperti kita ini tidak pantas mati di tempat tidur.”
“Yang paling berharga dan hakiki dalam kehidupan adalah dapat mencintai, dapat iba hati, dapat merasai kedukaan…”
Selain Catatan Seorang Demonstran, buku lain yang ditulis Soe Hok Gie adalah Zaman Peralihan, Di Bawah Lentera Merah (yang ini saya belum punya) dan Orang-Orang di Persimpangan Kiri Jalan serta riset ilmiah DR. John Maxwell Soe Hok Gie: Pergulatan Intelektual Muda Melawan Tirani.

dan akhirnya dapet juga bukunya yang "catatan seorang demonstran", itupun seconhand^^

referensi : blognya jay adalah julian ( Kontemplasi emosi dan pikiran dalam tulisan ) trims :)
                Memoar of Soe Hok Gie / biograph trims :)

5 komentar:

  1. aku suka membaca Gie, Membaca Gie adalah membaca kebebasan. kebebasan berfikir dan bereaksi.

    Gie, adalah pemuda yang mampu menciptakan hegemony effect yang sangat besar walau ia tanpa tedeng organisasi pergerakan manapun. FANTASTIS!

    sebuah Quote yang sangat dalam bagi saya adlah, " Lebih baik diasingkan, Daripada harus menyerah pada kemunafikan ".
    sebuah quote yang menggambarkan bagaimana organisasi kampus yang hanya memanamkan kerangka pikir, ia lebih baik menjauh dan ada di jalur lain sebagai perjuangannya.
    salam.

    BalasHapus
  2. saya juga suka bgt sama Gie dan menggilai lagu Cahaya Bulan...
    Pemikirannya,prinsipnya,jiwa sosialnya yg sangat tinggi adalah inspirasi brharga bwt saya..

    BalasHapus
  3. oia,coba baca buku Soe Hok Gie Sekali Lagi,keren bgt bukunya... :)

    BalasHapus
  4. tulisan yg bagus dan menginspirasi saya untuk ikut menulis :) trimakasih ya pencerahannya, pencerahan dari Gie maupun dari penulis yang mengingatkan :) big thumb

    BalasHapus
  5. terimakasih semuanya, mas khanif, mbak hana, dan mbak nima..

    semoga postingan ini bisa membangkitkan kembali rasa nasyonalisme kita para pemuda yang nyaris mati, terbukti dari para pengguna akun FACEBOOK, yang rata2 tidak mngisi kolom tentang pandangan politiknya (termasuk saya) atau parahnya malah menulis "bodo amat" "cape mikirin politik" dan kalimat2 ketidak pedulian lainya :(

    tambahan buat mbak nima, semangat terus, dan selamat menulis ya^^

    BalasHapus